Akbarpost/Stuart dan Sundeen dalam Keliat (1992 : 2 ) mengemukakan bahwa konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain’. Sedangkan menurut Beck dalam Keliat (1992 : 2) lebih menjelaskan lagi bahwa : ‘Konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh : fisikal, emosional, intelektual, sosial dan spiritual’.
Berdasarkan dua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep diri adalah penilaian individu terhadap dirinya secara menyeluruh baik bio-psiko-sosio-spiritual yang diketahui secara sadar serta berpengaruh dalam berinteraksi dengan orang lain. Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan realitas kehidupan.
Berdasarkan Stuart and Sundeen dalam Hamid, et al (2000 : 98 – 100 ) menjelaskan bahwa konsep diri terdiri dari komponen-komponen berikut :
Citra diri (Body Image), Pandangan individu terhadap tubuhnya, disadari atau tidak disadari. Termasuk persepsi dan perasaan masa lalu dan sekarang, tentang ukuran tubuh, fungsi, penampilan dan potensi. Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru. Citra tubuh yang diterima secara realistis akan meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam menjalani kehidupan.
Ideal diri (Self Ideal), Persepsi individu tentang perilaku yang harus dilakukan sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai yang ditetapkan. Ideal diri diperlukan oleh individu untuk memacu pada tingkat yang lebih tinggi.
Harga diri (Self Esteem), Penilaian tentang nilai individu dengan menganalisa kesesuaian perilaku dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, sebagai individu yang penting dan berarti. Harga diri diperoleh dari penghargaan diri sendiri dan orang lain. Faktor yang mempengaruhi harga diri tinggi adalah perasaan diterima, dicintai, dihormati serta frekuensi kesuksesan.
Peran (Role Performance), Seperangkat perilaku yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan fungsi individu di dalam masyarakat tersebut. Ada 5 faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan peran :
1) Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
2) Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran individu
3) Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan
4) Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan peran
5) Kesesuaian situasi yang dapat mendukung pelaksanaan peran
Identitas (Identity), Penilaian individu terhadap dirinya sebagai satu kesatuan yang utuh, berlanjut, konsisten dan unik. Ini berarti individu tersebut otonom, berbeda dengan orang lain, termasuk persepsinya terhadap jenis kelamin. Pembentukan identitas dimulai sejak lahir dan berkembang melalui siklus kehidupan dan terutama pada periode remaja.
Konsep diri dapat berkembang dengan baik apabila budaya dan pengalaman di keluarga dapat memberikan perasaan positif, memperoleh kemampuan yang berarti bagi individu / lingkungan dan dapat beraktualisasi, sehingga individu menyadari potensi diri. Tetapi jika hal – hal tersebut mengalami perubahan akan terjadi gangguan konsep diri.
Gangguan konsep diri dapat ditemukan pada klien dengan Schizofrenia yang memiliki karakteristik tersendiri yang akan sedikit diuraikan berikut ini : Schizofrenia merupakan bentuk psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal (Ingram, 1993 : 51). Jadi bisa dikatakan bahwa Schizofrenia adalah penyakit psikosa yang ditandai dengan penyimpangan terhadap kenyataan, pikiran, dan perbuatan yang tidak wajar.
Berdasarkan dua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep diri adalah penilaian individu terhadap dirinya secara menyeluruh baik bio-psiko-sosio-spiritual yang diketahui secara sadar serta berpengaruh dalam berinteraksi dengan orang lain. Konsep diri seseorang tidak terbentuk waktu lahir, tetapi dipelajari sebagai hasil dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan realitas kehidupan.
Berdasarkan Stuart and Sundeen dalam Hamid, et al (2000 : 98 – 100 ) menjelaskan bahwa konsep diri terdiri dari komponen-komponen berikut :
Citra diri (Body Image), Pandangan individu terhadap tubuhnya, disadari atau tidak disadari. Termasuk persepsi dan perasaan masa lalu dan sekarang, tentang ukuran tubuh, fungsi, penampilan dan potensi. Pandangan ini terus berubah oleh pengalaman dan persepsi baru. Citra tubuh yang diterima secara realistis akan meningkatkan keyakinan diri sehingga dapat mantap dalam menjalani kehidupan.
Ideal diri (Self Ideal), Persepsi individu tentang perilaku yang harus dilakukan sesuai dengan standar, aspirasi, tujuan atau nilai yang ditetapkan. Ideal diri diperlukan oleh individu untuk memacu pada tingkat yang lebih tinggi.
Harga diri (Self Esteem), Penilaian tentang nilai individu dengan menganalisa kesesuaian perilaku dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi berakar dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, sebagai individu yang penting dan berarti. Harga diri diperoleh dari penghargaan diri sendiri dan orang lain. Faktor yang mempengaruhi harga diri tinggi adalah perasaan diterima, dicintai, dihormati serta frekuensi kesuksesan.
Peran (Role Performance), Seperangkat perilaku yang diharapkan oleh masyarakat sesuai dengan fungsi individu di dalam masyarakat tersebut. Ada 5 faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan peran :
1) Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
2) Konsistensi respon orang yang berarti terhadap peran individu
3) Keseimbangan dan kesesuaian antara peran yang dilakukan
4) Keselarasan harapan dan kebudayaan dengan peran
5) Kesesuaian situasi yang dapat mendukung pelaksanaan peran
Identitas (Identity), Penilaian individu terhadap dirinya sebagai satu kesatuan yang utuh, berlanjut, konsisten dan unik. Ini berarti individu tersebut otonom, berbeda dengan orang lain, termasuk persepsinya terhadap jenis kelamin. Pembentukan identitas dimulai sejak lahir dan berkembang melalui siklus kehidupan dan terutama pada periode remaja.
Konsep diri dapat berkembang dengan baik apabila budaya dan pengalaman di keluarga dapat memberikan perasaan positif, memperoleh kemampuan yang berarti bagi individu / lingkungan dan dapat beraktualisasi, sehingga individu menyadari potensi diri. Tetapi jika hal – hal tersebut mengalami perubahan akan terjadi gangguan konsep diri.
Gangguan konsep diri dapat ditemukan pada klien dengan Schizofrenia yang memiliki karakteristik tersendiri yang akan sedikit diuraikan berikut ini : Schizofrenia merupakan bentuk psikosis fungsional paling berat, dan menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal (Ingram, 1993 : 51). Jadi bisa dikatakan bahwa Schizofrenia adalah penyakit psikosa yang ditandai dengan penyimpangan terhadap kenyataan, pikiran, dan perbuatan yang tidak wajar.
Posting Komentar