Kesehatan/Kraniostenosis merupakan kelainan bentuk tengkorak yang disebabkan oleh penutupan sutura kranialis sebelum tepat waktunya dengan gejala tekanan terhadap jaringan otak dan orbita, sebagai akibat terhalangnya ekspansi jaringan otak yang tumbuh. Bila salah-satu sutura kranialis menutup sebelum waktunya, jaringan otak akan tumbuh dengan cepat pada bidang yang tegak lurus dengan sutura tersebut.
Jenis-jenis Kraniostenosis
Skafosefalik
Merupakan jenis yang terbanyak ditemukan. Sinostosis dini daripada sutura sagitalis dangan akibat diameter antero-posterior bertambah dan kepala sempit.
Brakisefalik
Sinostosis sutura koronia dan lambdoidea. Jaringan otak tumbuh transversal, kepala lebar.
Oksisefalik
Sinostosis sutura sagitalis dan sutura koronaria, kadang-kadang disertai sinostosis sutura lain. Jaringan otak tidak dapat tumbuh ke arah transversal dan antero-posterior, akan tetapi tumbuh ke atas secara venrtikal dengan bentuk dahi tinggi. Jenis ini terbanyak memberikan gejala penekanan.
Penyakit Crouzon
Sinostosis terjadi sebelum waktunya dari sutura kranialis dan tulang muka, biasanya sutura koronaria, maksila dan zigomatikus. Bantuk muka lebar, kedua mata terletak berjauhan dan menonjol, maksila kecil dan terdapat prognatia karena mandibula normal.
Plagiosefali
Sinostosis dini hanya pada sebagian suatu sutura, terbanyak pada sebagian sutura koronaria dengan akibat bentuk kepala yang asimetri tanpa gejala tekanan.
Trigonosefali
Sinostosis dini sutura metopik tulang frontal dengan akibat penonjolan segitiga di daerah frontal.
Manifestasi Klinis
Sinostosis biasanya terjadi prenatal dan diketahui setelah dilahirkan. Perubahan bentuk tengkorak disebabkan ekspansi jaringan otak yang tumbuh terhalang oleh penutupan sutura. Pada stadium permulaan perubahan bentuk tengkorak merupakan kompensasi untuk mencegah tekanan intracranial yang meninggi. Pada brakisefali dan skafosefali keadaan kompensasi ini bisa berlangsung lama sampai berbulan-bulan, namun pada oksisefali tekanan intracranial sudah meninggi dalam minggu pertama sesudah lahir.
Akibat tekanan intracranial yang meninggi akan terlihat iritabilitas, muntah, eksoftalmus akibat tekanan pada orbita, retardasi mental dan motorik, kejang. Gangguan visus dapat terjadi akibat tertariknya Nervus II atau sebagai akibat edema papil Nervus II karena tekanan intracranial yang meninggi.
Jenis-jenis Kraniostenosis
Skafosefalik
Merupakan jenis yang terbanyak ditemukan. Sinostosis dini daripada sutura sagitalis dangan akibat diameter antero-posterior bertambah dan kepala sempit.
Brakisefalik
Sinostosis sutura koronia dan lambdoidea. Jaringan otak tumbuh transversal, kepala lebar.
Oksisefalik
Sinostosis sutura sagitalis dan sutura koronaria, kadang-kadang disertai sinostosis sutura lain. Jaringan otak tidak dapat tumbuh ke arah transversal dan antero-posterior, akan tetapi tumbuh ke atas secara venrtikal dengan bentuk dahi tinggi. Jenis ini terbanyak memberikan gejala penekanan.
Penyakit Crouzon
Sinostosis terjadi sebelum waktunya dari sutura kranialis dan tulang muka, biasanya sutura koronaria, maksila dan zigomatikus. Bantuk muka lebar, kedua mata terletak berjauhan dan menonjol, maksila kecil dan terdapat prognatia karena mandibula normal.
Plagiosefali
Sinostosis dini hanya pada sebagian suatu sutura, terbanyak pada sebagian sutura koronaria dengan akibat bentuk kepala yang asimetri tanpa gejala tekanan.
Trigonosefali
Sinostosis dini sutura metopik tulang frontal dengan akibat penonjolan segitiga di daerah frontal.
Manifestasi Klinis
Sinostosis biasanya terjadi prenatal dan diketahui setelah dilahirkan. Perubahan bentuk tengkorak disebabkan ekspansi jaringan otak yang tumbuh terhalang oleh penutupan sutura. Pada stadium permulaan perubahan bentuk tengkorak merupakan kompensasi untuk mencegah tekanan intracranial yang meninggi. Pada brakisefali dan skafosefali keadaan kompensasi ini bisa berlangsung lama sampai berbulan-bulan, namun pada oksisefali tekanan intracranial sudah meninggi dalam minggu pertama sesudah lahir.
Akibat tekanan intracranial yang meninggi akan terlihat iritabilitas, muntah, eksoftalmus akibat tekanan pada orbita, retardasi mental dan motorik, kejang. Gangguan visus dapat terjadi akibat tertariknya Nervus II atau sebagai akibat edema papil Nervus II karena tekanan intracranial yang meninggi.
Posting Komentar