Akbarpost/Tungau debu rumah (Dermatophagoideus pteronyssinus atau Dermatophagoideus farinae) merupakan allergen dalam rumah tersering di berbagai belahan dunia dan dihubungkan dengan penyakit asma dan rhinitis baik pada dewasa maupun anak-anak. Mengajari pasien untuk menghindari debu rumah, merupakan cara penting yang merupakan bagian dari penatalaksanaan bagi penderita alergi pernapasan.
Tungau debu rumah berukuran kecil (panjang 0,3 mm), tidak terlihat dengan mata biasa, mempunyai 8 kaki, dan masih termasuk keluarga kutu, laba-laba, dan tungau scabies. Dalam rumah, tungau hidup pada debu yang melekat di tempat tidur, karpet, dan terutama pada perabot-perabot rumah tangga yang mempunyai bantal-bantal.
Aktifitas, distribusi, dan pertumbuhan tungau ini ditentukan oleh kebutuhannya untuk mempertahankan cairan tubuhnya; suhu 25oC & kelembaban relatif 55% (kelembaban absolut 7 grm uap air / kg udara kering) merupakan keadaan kritis bagi pertumbuhan tungau. Jumlah tungau biasanya sangat banyak pada daerah pesisir pantai dengan kelembaban yang tinggi dan kurang pada daerah-daerah dengan iklim yang kering.
Sensitifitas anak-anak terhadap tungau debu ditemukan 56% di Hongkong, 60% di Malaysia, dan 42%di China Selatan. Merupakan penyebab utama alergi pada penderita atopik dan 90% anak menderita asma dan rhinitis di Hongkong dan Taiwan akibat alergi terhadap tungau debu ini.
Prevalensi alergi saluran napas, dewasa ini meningkat di beberapa negara Barat dan Asia (Tabel 1). Adanya perubahan dalam gaya pengaturan rumah menyebabkan kondisi menjadi favorable untuk allergen. Rumah-rumah saat ini cenderung sedikit ventilasi sehingga kelembaban dalam rumah menjadi meningkat’ demikian pula penggunaan karpet pada hampir semua bagian rumah sehingga menciptakan habitat yang kondusif bagi pertumbuhan tungau.
Allergen tungau debu (Der p I) adalah kelompok enzim proteolitik yang disekresi oleh saluran cerna tungau dan terkonsentrasi pada feses tungau. Paparan tungau debu dapat dinilai secara kuantitatif dengan menghitung kadar Der p I dalam sampel debu yang didapatkan dengan memakai modifikasi tangan dan vacuum cleaner.
Menurut petunjuk International Workshop on Dust Mite Allergy, bahwa paparan 2 mg Der p I/gram debu (ekivalen 100 tungau/gram debu) dianggap factor resiko terjadinya asma pada penderita atopik; dan paparan terhadap 10 mg Der p I /gram debu (ekivalen 500 tungau/gram debu) dipertimbangkan sebagai factor resiko utama terjadinya asma pada individu-individu yang alergi terhadap tungau debu.
Meskipun petunjuk Workshop ini tidak memberi informasi tentang nilai ambang tertentu untuk individu, tetapi berguna untuk menetapkan adanya populasi yang beresiko dan dapat digunakan sebagai indicator untuk program eradikasi tungau debu.
Tungau debu rumah berukuran kecil (panjang 0,3 mm), tidak terlihat dengan mata biasa, mempunyai 8 kaki, dan masih termasuk keluarga kutu, laba-laba, dan tungau scabies. Dalam rumah, tungau hidup pada debu yang melekat di tempat tidur, karpet, dan terutama pada perabot-perabot rumah tangga yang mempunyai bantal-bantal.
Aktifitas, distribusi, dan pertumbuhan tungau ini ditentukan oleh kebutuhannya untuk mempertahankan cairan tubuhnya; suhu 25oC & kelembaban relatif 55% (kelembaban absolut 7 grm uap air / kg udara kering) merupakan keadaan kritis bagi pertumbuhan tungau. Jumlah tungau biasanya sangat banyak pada daerah pesisir pantai dengan kelembaban yang tinggi dan kurang pada daerah-daerah dengan iklim yang kering.
Sensitifitas anak-anak terhadap tungau debu ditemukan 56% di Hongkong, 60% di Malaysia, dan 42%di China Selatan. Merupakan penyebab utama alergi pada penderita atopik dan 90% anak menderita asma dan rhinitis di Hongkong dan Taiwan akibat alergi terhadap tungau debu ini.
Prevalensi alergi saluran napas, dewasa ini meningkat di beberapa negara Barat dan Asia (Tabel 1). Adanya perubahan dalam gaya pengaturan rumah menyebabkan kondisi menjadi favorable untuk allergen. Rumah-rumah saat ini cenderung sedikit ventilasi sehingga kelembaban dalam rumah menjadi meningkat’ demikian pula penggunaan karpet pada hampir semua bagian rumah sehingga menciptakan habitat yang kondusif bagi pertumbuhan tungau.
Allergen tungau debu (Der p I) adalah kelompok enzim proteolitik yang disekresi oleh saluran cerna tungau dan terkonsentrasi pada feses tungau. Paparan tungau debu dapat dinilai secara kuantitatif dengan menghitung kadar Der p I dalam sampel debu yang didapatkan dengan memakai modifikasi tangan dan vacuum cleaner.
Menurut petunjuk International Workshop on Dust Mite Allergy, bahwa paparan 2 mg Der p I/gram debu (ekivalen 100 tungau/gram debu) dianggap factor resiko terjadinya asma pada penderita atopik; dan paparan terhadap 10 mg Der p I /gram debu (ekivalen 500 tungau/gram debu) dipertimbangkan sebagai factor resiko utama terjadinya asma pada individu-individu yang alergi terhadap tungau debu.
Meskipun petunjuk Workshop ini tidak memberi informasi tentang nilai ambang tertentu untuk individu, tetapi berguna untuk menetapkan adanya populasi yang beresiko dan dapat digunakan sebagai indicator untuk program eradikasi tungau debu.
Posting Komentar