Akbarpost/Asma adalah suatu penyakit yang merupakan gangguan inflamasi kronik jalan napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi (Arif Mansjoer, 1999 : 476). Asma juga dapat diartikan penyakit obstruksi jalan napas, yang dapat pulih dan intermiten yang ditandai oleh penyempitan jalan napas, mengakibatkan batuk, dispneu dan mengi (Diane C. Baughman, 2000 :53).
Selain itu, asma juga dapat didefinisikan obstruksi akut pada bronchus yang disebabkan oleh penyempitan yang intermiten pada saluran napas di banyak tingkat, mengakibatkan terhalangnya aliran udara (Jay H. Stein, 1998 : 127). Asma dapat juga didefinisikan penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran napas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah, 1997 : 66). Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa asma adalah suatu keadaan obstruksi jalan napas yang dicirikan oleh hipersensitivitas baik ekstrinsik (alergen spesifik) atau intrinsik.
Asma bronchiale disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor imunologik dan non imunologik: Imunologik atau asma alergik (ekstrinsik) terjadi pada anak-anak. Di samping itu hiperreaktivitas saluran napas juga merupakan faktor yang penting. Bila hiperreaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah alergen yang sedikit dan sebaliknya jika hiperreaktivitas rendah, diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan asma.
Sensitivitas tergantung pada lama dan intensitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan dengan umur, bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya debu serpih atau bulu binatang. Penderita asma alergik dianggap atopik, serangan dicetuskan oleh kontak alergen pada penderita yang sensitif.
Faktor non imunologik atau asma non alergik (intrinsik). Biasanya terjadi pada orang dewasa di atas 35 tahun. Serangan sering kali dicetuskan oleh infeksi pada sinus atau cabang bronchiale. Serangan asma dicetuskan oleh perubahan suhu, kelembaban, uap yang mengiritasi, asap, bau-bauan yang kuat, latihan fisik dan stres emosional.
Asma ditandai oleh adanya 3 kategori atau kelainan yaitu kontriksi otot bronchus, inflamasi mukosa dan bertambahnya sekret di jalan napas. Pada stadium permulaan serangan terlihat mukosa pucat, terdapat oedema dan sekresi bertambah. Lumen bronchus menyempit akibat spasme. Terlihat kongesti pembuluh darah. Infiltrasi sel eosinofil dalam sekret di dalam lumen saluran napas. Jika serangan terjadi dan lama atau menahun akan terlihat deskuamasi (mengelupas) epitel, penebalan membran hialin basal, hiperplasia serat elastin, juga hiperplasia dan hipertropi otot bronchus.
Pada serangan yang berat atau pada asma yang menahun terdapat penyumbatan bronchus oleh mukus yang kental. Normalnya bila ada alergen yang masuk ke dalam saluran napas akan dieliminir oleh makrofag dan sillia-sillia saluran napas dan dipentrasi oleh mukus. Pada penderita, bila ada zat iritan maupun zat perangsangan akan timbul respons yang digambarkan sebagai respons yang berlebihan (hiperresponsif) bronchus menjadi menyempit, oksigen berkurang masuk dan karbondioksida akan tertahan, sehingga pasien sesak, ekspirasi memanjang, terdengar wheezing, batuk dan sputum yang banyak.
Selain itu, asma juga dapat didefinisikan obstruksi akut pada bronchus yang disebabkan oleh penyempitan yang intermiten pada saluran napas di banyak tingkat, mengakibatkan terhalangnya aliran udara (Jay H. Stein, 1998 : 127). Asma dapat juga didefinisikan penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran napas sangat mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah, 1997 : 66). Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa asma adalah suatu keadaan obstruksi jalan napas yang dicirikan oleh hipersensitivitas baik ekstrinsik (alergen spesifik) atau intrinsik.
Asma bronchiale disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor imunologik dan non imunologik: Imunologik atau asma alergik (ekstrinsik) terjadi pada anak-anak. Di samping itu hiperreaktivitas saluran napas juga merupakan faktor yang penting. Bila hiperreaktivitas bronchus tinggi, diperlukan jumlah alergen yang sedikit dan sebaliknya jika hiperreaktivitas rendah, diperlukan jumlah antigen yang lebih tinggi untuk menimbulkan serangan asma.
Sensitivitas tergantung pada lama dan intensitas hubungan dengan bahan alergen berhubungan dengan umur, bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah, misalnya debu serpih atau bulu binatang. Penderita asma alergik dianggap atopik, serangan dicetuskan oleh kontak alergen pada penderita yang sensitif.
Faktor non imunologik atau asma non alergik (intrinsik). Biasanya terjadi pada orang dewasa di atas 35 tahun. Serangan sering kali dicetuskan oleh infeksi pada sinus atau cabang bronchiale. Serangan asma dicetuskan oleh perubahan suhu, kelembaban, uap yang mengiritasi, asap, bau-bauan yang kuat, latihan fisik dan stres emosional.
Asma ditandai oleh adanya 3 kategori atau kelainan yaitu kontriksi otot bronchus, inflamasi mukosa dan bertambahnya sekret di jalan napas. Pada stadium permulaan serangan terlihat mukosa pucat, terdapat oedema dan sekresi bertambah. Lumen bronchus menyempit akibat spasme. Terlihat kongesti pembuluh darah. Infiltrasi sel eosinofil dalam sekret di dalam lumen saluran napas. Jika serangan terjadi dan lama atau menahun akan terlihat deskuamasi (mengelupas) epitel, penebalan membran hialin basal, hiperplasia serat elastin, juga hiperplasia dan hipertropi otot bronchus.
Pada serangan yang berat atau pada asma yang menahun terdapat penyumbatan bronchus oleh mukus yang kental. Normalnya bila ada alergen yang masuk ke dalam saluran napas akan dieliminir oleh makrofag dan sillia-sillia saluran napas dan dipentrasi oleh mukus. Pada penderita, bila ada zat iritan maupun zat perangsangan akan timbul respons yang digambarkan sebagai respons yang berlebihan (hiperresponsif) bronchus menjadi menyempit, oksigen berkurang masuk dan karbondioksida akan tertahan, sehingga pasien sesak, ekspirasi memanjang, terdengar wheezing, batuk dan sputum yang banyak.
Posting Komentar