Akbarpost/Gangguan jiwa adalah penyakit non fisik, seyogianya kedudukannya setara dengan penyakit fisik lainnya. Meskipun gangguan jiwa tersebut tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan tersebut dalam arti ketidak mampuan serta invalisasi baik secara individu maupun kelompok akan menghambat pembangunan, karena tidak produktif dan tidak efisian ( Kusumanto Setjionegoro, 1981 )
Menurut paham kesehatan jiwa seseorang dikatakan sakit apabila ia tidak lagi mampu berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari, dirumah, disekolah / kampus, ditempat kerja dan lingkungan sosialnya. Seseorang yang mengalami gangguan jiwa akan mengalami ketidak mampuan berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah adanya stressor psikososial.
Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, dewasa ). Sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi ( penyesuaian diri ) untuk menanggulangi stressor yang timbul. Namun, tidak semua orang mampu mengadakan adaptasi dan mampu menanggulanginya sehingga timbullah keluhan-keluahan dibidang kejiwaan berupa gangguan jiwa dari ringan hingga yang berat.
Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat diseluruh dunia adalah gangguan jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal dari dua kata “ Skizo “ yang artinya retak atau pecah ( split ), dan “ frenia “ yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan jiwa Skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian ( splitting of personality ).
Di Indonesia angka penderita skizofrenia 25 penduduk dan proyeksi 25 tahun mendatang mencapai 3 / 1000 penduduk ( Hawari, 1993 ). Angka pevalensi adalah jumlah kasus ( penderita ) secara keseluruhan dalam kurun waktu tertentu. Dan didaerah tertentu, dibagi dengan jumlah penduduk yang diperiksa.
Sedangkan angka insidensi adalah jumlah kasus (penderita baru ) dalam kurun waktu tertentu dan didaerah tertentu. Diindonesia angka yang tercatat di Depertemen Kesehatan berdasarkan survai di Rumah Sakit (1983 ) adalah antara 0,05 % sampai 0,15 %.
Penelitian mengenai mekanisme terjadinya skizofrenia. Maju dengan pesat, demikian pula kemajuan dibidang obat-obatan anti skizofrenia ( psikofarmaka ). Telah menjadikan penderita skizofrenia dapat dipuihkan sehingga dapat berfungsi kembali secara oktimal.
Menurut paham kesehatan jiwa seseorang dikatakan sakit apabila ia tidak lagi mampu berfungsi secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari, dirumah, disekolah / kampus, ditempat kerja dan lingkungan sosialnya. Seseorang yang mengalami gangguan jiwa akan mengalami ketidak mampuan berfungsi secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu faktor yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan jiwa adalah adanya stressor psikososial.
Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang (anak, remaja, dewasa ). Sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi ( penyesuaian diri ) untuk menanggulangi stressor yang timbul. Namun, tidak semua orang mampu mengadakan adaptasi dan mampu menanggulanginya sehingga timbullah keluhan-keluahan dibidang kejiwaan berupa gangguan jiwa dari ringan hingga yang berat.
Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat diseluruh dunia adalah gangguan jiwa skizofrenia. Skizofrenia berasal dari dua kata “ Skizo “ yang artinya retak atau pecah ( split ), dan “ frenia “ yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang menderita gangguan jiwa Skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian ( splitting of personality ).
Di Indonesia angka penderita skizofrenia 25 penduduk dan proyeksi 25 tahun mendatang mencapai 3 / 1000 penduduk ( Hawari, 1993 ). Angka pevalensi adalah jumlah kasus ( penderita ) secara keseluruhan dalam kurun waktu tertentu. Dan didaerah tertentu, dibagi dengan jumlah penduduk yang diperiksa.
Sedangkan angka insidensi adalah jumlah kasus (penderita baru ) dalam kurun waktu tertentu dan didaerah tertentu. Diindonesia angka yang tercatat di Depertemen Kesehatan berdasarkan survai di Rumah Sakit (1983 ) adalah antara 0,05 % sampai 0,15 %.
Penelitian mengenai mekanisme terjadinya skizofrenia. Maju dengan pesat, demikian pula kemajuan dibidang obat-obatan anti skizofrenia ( psikofarmaka ). Telah menjadikan penderita skizofrenia dapat dipuihkan sehingga dapat berfungsi kembali secara oktimal.
Posting Komentar