Akbarpost/Malnutrisi energi protein adalah kondisi di mana tubuh kekurangan asupan energi dan protein. Tanpa protein dan sumber energi lain yang memadai, maka fungsi organ tubuh akan terganggu, tubuh mudah mengalami luka atau cedera, serta pertumbuhan tubuh menjadi tidak sempurna. Seseorang dinyatakan mengalami malutrisi energi protein atau memiliki indeks massa tubuh sekitar 17 hingga 18,5.
Terdapat dua jenis kondisi yang menandai gangguan malnutrisi energi protein, yaitu kwashiorkor dan marasmus. Kwashiorkor adalah defisiensi protein yang parah, di mana terdapat kekurangan asupan makanan yang menjadi sumber protein. Kwashiorkor ditandai dengan penumpukan cairan (edema) dan lemah pada anggota tubuh. Sedangkan marasmus merupakan kondisi gizi buruk yang parah di mana tubuh mengalami defiensi protein, karbohidrat, lemak serta nutrisi penting lainnya. Marasmus ditandai dengan berat badan yang rendah.
Malnutrisi energi protein banyak diderita bayi, anak-anak, atau orang lanjut usia serta berpotensi mengakibatkan cacat atau kematian. Penanganan kondisi ini dapat dilakukan dengan cara memberi nutrisi tambahan guna memperbaiki kadar elektrolit dan cairan tubuh yang tidak normal. Selain itu, yang utama harus dilakukan adalah mengobati gejala yang diderita, seperti infeksi.
Sejumlah gejala yang bisa menandakan terjadinya malnutrisi energi protein pada seseorang adalah:
Pada marasmus, gejala khusus yang mendandai kondisi tersebut bisa berupa penurunan berat badan, penyusutan lambung, dan dehidrasi. Sementara itu, gejala khusus yang terlihat pada penderita kwashiorkor adalah edema (tubuh menjadi bengkak karena penumpukan cairan), pertumbuhan dan kenaikan berat badan terhambat, serta pembengkakan perut.
Malnutrisi energi protein bisa disebabkan oleh faktor sosial atau karena adanya kondisi kesehatan yang mendasari. Faktor sosial yang dapat memicu terjadinya malnutrisi energi protein adalah:
Sedangkan masalah kesehatan yang dapat mengakibatkan terjadinya kondisi ini di antaranya adalah:
Diagnosis Malnutrisi Energi Protein
Diagnosis malnutrisi energi protein biasanya diawali dengan temuan pada pemeriksaan fisik, yaitu pengukuran berat dan tinggi badan. Kemudian dokter akan menanyakan pola makan, riwayat penyakit (termasuk riwayat menderita gangguan makan), dan obat yang dikonsumsi. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat pula dilakukan guna memastikan diagnosis dan mencari penyebab kelainan, antara lain:
Pengobatan Malnutrisi Energi Protein
Pengobatan malutrisi energi protein biasanya diawali dengan memperbaiki kadar elektrolit dan cairan tubuh yang tidak normal. Selain itu, pengobatan infeksi juga harus dilakukan, apabila pasien mengalami infeksi. Jika gejala yang dialami pasien cukup parah, maka diperlukan perawatan di rumah sakit.
Tahap kedua penanganan kasus malnutrisi energi protein adalah dengan memberi asupan nutrisi melalui terapi pola makan. Makanan yang diberikan biasanya adalah makanan berbahan dasar susu. Selain itu, dokter juga akan memberikan suplemen multivitamin atau suplemen protein cair, serta obat-obatan tertentu untuk meningkatkan selera makan, bila diperlukan.
Pasca pengobatan, pasien akan dianjurkan untuk tetap melakukan pemeriksaan rutin ke dokter agar perkembangan kondisi pasien bisa tetap terawasi sampai benar-benar sembuh.
Terdapat dua jenis kondisi yang menandai gangguan malnutrisi energi protein, yaitu kwashiorkor dan marasmus. Kwashiorkor adalah defisiensi protein yang parah, di mana terdapat kekurangan asupan makanan yang menjadi sumber protein. Kwashiorkor ditandai dengan penumpukan cairan (edema) dan lemah pada anggota tubuh. Sedangkan marasmus merupakan kondisi gizi buruk yang parah di mana tubuh mengalami defiensi protein, karbohidrat, lemak serta nutrisi penting lainnya. Marasmus ditandai dengan berat badan yang rendah.
Malnutrisi energi protein banyak diderita bayi, anak-anak, atau orang lanjut usia serta berpotensi mengakibatkan cacat atau kematian. Penanganan kondisi ini dapat dilakukan dengan cara memberi nutrisi tambahan guna memperbaiki kadar elektrolit dan cairan tubuh yang tidak normal. Selain itu, yang utama harus dilakukan adalah mengobati gejala yang diderita, seperti infeksi.
Sejumlah gejala yang bisa menandakan terjadinya malnutrisi energi protein pada seseorang adalah:
- Badan terlihat lemah dan lelah.
- Diare.
- Suhu tubuh menjadi lebih rendah.
- Kulit kering.
- Kerontokan rambut.
- Mudah kesal.
- Perubahan sikap, misalnya gelisah, apatis, atau kurang perhatian.
- Pernapasan menjadi lebih lambat.
- Kaki dan tangan menjadi kaku atau kesemutan.
Pada marasmus, gejala khusus yang mendandai kondisi tersebut bisa berupa penurunan berat badan, penyusutan lambung, dan dehidrasi. Sementara itu, gejala khusus yang terlihat pada penderita kwashiorkor adalah edema (tubuh menjadi bengkak karena penumpukan cairan), pertumbuhan dan kenaikan berat badan terhambat, serta pembengkakan perut.
Malnutrisi energi protein bisa disebabkan oleh faktor sosial atau karena adanya kondisi kesehatan yang mendasari. Faktor sosial yang dapat memicu terjadinya malnutrisi energi protein adalah:
- Kelaparan, atau kekurangan bahan pangan.
- Kemiskinan.
- Masa penyapihan air susu ibu yang tidak tepat pada anak.
- Ketergantungan pada bantuan orang lain untuk makan.
Sedangkan masalah kesehatan yang dapat mengakibatkan terjadinya kondisi ini di antaranya adalah:
- Gangguan makan, misalnya bulimia.
- Mengonsumsi obat yang dapat berpengaruh pada penyerapan nutrisi dalam tubuh.
- Infeksi HIV.
- Infeksi parasit dan gastrointestinal.
- Penyakit jantung bawaan.
- Fibrosis kistik.
- Gagal ginjal kronis.
Diagnosis Malnutrisi Energi Protein
Diagnosis malnutrisi energi protein biasanya diawali dengan temuan pada pemeriksaan fisik, yaitu pengukuran berat dan tinggi badan. Kemudian dokter akan menanyakan pola makan, riwayat penyakit (termasuk riwayat menderita gangguan makan), dan obat yang dikonsumsi. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat pula dilakukan guna memastikan diagnosis dan mencari penyebab kelainan, antara lain:
- Pemeriksaan darah, guna memeriksa kadar glukosa darah, apus darah tepi.
- Pemeriksaan hemoglobin, elektrolit, dan serum albumin.
- Pemeriksaan urine dan kultur bakteri.
- Pemeriksaan tinja untuk melihat keberadaan parasit.
- Tes HIV.
- Tes tusuk kulit untuk melihat adanya alergi.
Pengobatan Malnutrisi Energi Protein
Pengobatan malutrisi energi protein biasanya diawali dengan memperbaiki kadar elektrolit dan cairan tubuh yang tidak normal. Selain itu, pengobatan infeksi juga harus dilakukan, apabila pasien mengalami infeksi. Jika gejala yang dialami pasien cukup parah, maka diperlukan perawatan di rumah sakit.
Tahap kedua penanganan kasus malnutrisi energi protein adalah dengan memberi asupan nutrisi melalui terapi pola makan. Makanan yang diberikan biasanya adalah makanan berbahan dasar susu. Selain itu, dokter juga akan memberikan suplemen multivitamin atau suplemen protein cair, serta obat-obatan tertentu untuk meningkatkan selera makan, bila diperlukan.
Pasca pengobatan, pasien akan dianjurkan untuk tetap melakukan pemeriksaan rutin ke dokter agar perkembangan kondisi pasien bisa tetap terawasi sampai benar-benar sembuh.
Posting Komentar