Perasaan cemas, takut, dan nyeri akan membuat wanita tidak tenang menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas. Kondisi psikososial berdampak pada kesehatan ibu dan bayi. Kondisi ini dapat mempengaruhi integrasi keluarga dan menghambat ikatan emosional dengan bayi.
Pada sebagian wanita, reaksi psikologik dan emosional pertama adalah kecemasan, ketakutan, kepanikan, dan kegusaran terhadap kehamilan. Perasaan benci pada suami yang menyebabkan dia hamil ditumpahkan melalui manifestasi mual, muntah, pening, dan sebagainya yang merupakan gejala hamil muda. Pada keadaan yang agak berat, dia menolak kehamilannya dan mencuba untuk bunuh diri. Manifestasi lain yaitu ibu hamil muda sering meminta makanan yang aneh-aneh yang selama ini tidak disukainya.
Ibu yang menganggap kehamilan merupakan suatu identifikasi abstrak, kini mulai menyadari kenyataan bahwa kehamilan merupakan identifikasi nyata. Maka ibu mulai menyesuaikan diri dengan kenyataan: perut bertambah besar, terasa gerakan janin, teman-teman menyatakan selamat, dan dokter telah mendengar suara jantung janin. Wanita bijaksana mulai mempersiapkan kebutuhan kedatangan bayi seperti popok, baju, tempat tidur bayi, kereta bayi, dan sebagainya.
Kehamilan bukan merupakan penyakit psikiatri. Stress psikologis dan fisik yang terkait dengan kehamilan atau kewajiban baru sebagai ibu dapat juga mengakibatkan krisis emosional (Affonso,1984). Gangguan emosional yang terutama mengakibatkan komplikasi kehamilan adalah gangguan mood (afektif) dan skizofrenia.
Sindrom dan gangguan mental organic (tidak termasuk non-substansi) juga dapat terlihat. Gangguan mood meliputi depresi atau depresi dengan episode manik (gangguan bipolar). Paranoid atau masalah disorganisasi lain bisa merupakan ciri gangguan skizofrenia. Delirium toksis yang berhubungan dengan penyalahgunaan zat, analgesic berlebihan, atau gangguan metabolic berat jarang terjadi.
Posting Komentar