Kesehatan/Diabetes melitus merupakan salah satu jenis penyakit kronis sebab penyakit tersebut akan menimbulkan perubahan yang permanen pada kehidupan setiap individu (Stuart G.W. & Sundeen S.J., 1995). Perawatan pada seseorang yang memiliki penyakit kronis merupakan tantangan bagi tenaga perawat, sebab mereka tidak hanya menghendaki intervensi medis untuk memulihkan fungsi fisiknya akan tetapi mereka juga menghendaki perawat yang sensitif terhadap kebutuhan yang diinginkan, termasuk menjadi konselor dalam melaksanakan program pengobatan (Walsh M., et.al., 1999). Oleh karena itu, perawat sejak awal dapat berperan dalam meminimalisasi perubahan potensial pada sistem tubuh pasien.
Penerapan komunikasi terapeutik dalam pelayanan perawatan mempunyai peran yang besar terhadap kemajuan kesehatan pasien. Komunikasi terapeutik meningkatkan hubungan interpersonal dengan klien sehingga akan tercipta suasana yang kondusif dimana klien dapat mengungkapkan perasaan dan harapan-harapannya (Sundberg, 1989). Kondisi saling percaya yang telah dibangun diantara perawat dan pasien tersebut akan mempermudah pelaksanaan dan keberhasilan program pengobatan (Sundeen S.J., et.al.,1994).
Pelitian eksperimental memperlihatkan bahwa perawat mempunyai peran yang cukup berpengaruh terhadap perilaku pasien (Tagliacozzo D.M., et.al., 1974). Sedangkan pemberian intervensi pendidikan kesehatan pada kelompok penderita diabetes melitus telah meningkatkan cakupan pelayanan vaksinasi influenza menjadi sebesar 59,4% (p<0>.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian komunikasi terapeutik terhadap perilaku pasien diabetes melitus beserta sub-sub variabelnya yaitu : (1) kepatuhan dalam pengobatan; (2) pengetahuan tentang penyakit yang diderita; dan (3) sikap pasien terhadap penyakit yang diderita dan program pengobatan.
Penelitian merupakan penelitian eksperimen semu yang dilaksanakan secara longitudinal dan didesain dengan menggunakan sebelum dan sesudah intervensi pada satu kelompok (one group before and after intervention design). Populasi penelitian adalah semua pasien rawat jalan yang datang ke Poliklinik Penyakit Dalam RSU Dr. Sardjito Yogyakarta pada kurun waktu bulan Juli sampai dengan Desember 2002. Sedangkan keikutsertaan anggota populasi dalam penelitian ditentukan dengan kriteria inklusi sebagai berikut : berusia 25 sampai dengan 65 tahun dan pasien datang dengan diagnosis medis diabetes melitus.
Peneliti memperhitungkan besar sampel untuk uji hipotesis pada proporsi populasi pasien diabetes melitus dengan mengacu pada hasil penelitian Tagliacozzo DM, et.al. (1974) maka diketahui Po sebesar 0,54 dan perbedaan yang diharapkan sebesar 0,10 sehingga proporsi sekarang diharapkan menjadi sebesar 0,64, tingkat kemaknaan (a) dua arah sebesar 0,05, dan power sebesar 50%. Maka besar sampel yang dibutuhkan adalah 97 orang.
Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan secara non-probability sampling, yaitu dengan teknik consecutive sampling dimana setiap responden yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu hingga jumlah responden terpenuhi. Namun dari 97 responden yang dapat dijaring oleh perawat pada kontak pertama, hanya 68 responden (70,1%) yang berhasil mengikuti tahapan penelitian sampai pada kontak ketiga.
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba kuesioner pada 30 orang responden dengan penyakit yang sama di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Dr. Sardjito Yogyakarta. Peneliti dibantu oleh dua orang perawat yang ditunjuk sebagai petugas pengambil data dan petugas yang melaksanakan komunikasi terapeutik. Perawat diberikan penyegaran mengenai teknik komunikasi terapeutik.
Penerapan komunikasi terapeutik dalam pelayanan perawatan mempunyai peran yang besar terhadap kemajuan kesehatan pasien. Komunikasi terapeutik meningkatkan hubungan interpersonal dengan klien sehingga akan tercipta suasana yang kondusif dimana klien dapat mengungkapkan perasaan dan harapan-harapannya (Sundberg, 1989). Kondisi saling percaya yang telah dibangun diantara perawat dan pasien tersebut akan mempermudah pelaksanaan dan keberhasilan program pengobatan (Sundeen S.J., et.al.,1994).
Pelitian eksperimental memperlihatkan bahwa perawat mempunyai peran yang cukup berpengaruh terhadap perilaku pasien (Tagliacozzo D.M., et.al., 1974). Sedangkan pemberian intervensi pendidikan kesehatan pada kelompok penderita diabetes melitus telah meningkatkan cakupan pelayanan vaksinasi influenza menjadi sebesar 59,4% (p<0>.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian komunikasi terapeutik terhadap perilaku pasien diabetes melitus beserta sub-sub variabelnya yaitu : (1) kepatuhan dalam pengobatan; (2) pengetahuan tentang penyakit yang diderita; dan (3) sikap pasien terhadap penyakit yang diderita dan program pengobatan.
Penelitian merupakan penelitian eksperimen semu yang dilaksanakan secara longitudinal dan didesain dengan menggunakan sebelum dan sesudah intervensi pada satu kelompok (one group before and after intervention design). Populasi penelitian adalah semua pasien rawat jalan yang datang ke Poliklinik Penyakit Dalam RSU Dr. Sardjito Yogyakarta pada kurun waktu bulan Juli sampai dengan Desember 2002. Sedangkan keikutsertaan anggota populasi dalam penelitian ditentukan dengan kriteria inklusi sebagai berikut : berusia 25 sampai dengan 65 tahun dan pasien datang dengan diagnosis medis diabetes melitus.
Peneliti memperhitungkan besar sampel untuk uji hipotesis pada proporsi populasi pasien diabetes melitus dengan mengacu pada hasil penelitian Tagliacozzo DM, et.al. (1974) maka diketahui Po sebesar 0,54 dan perbedaan yang diharapkan sebesar 0,10 sehingga proporsi sekarang diharapkan menjadi sebesar 0,64, tingkat kemaknaan (a) dua arah sebesar 0,05, dan power sebesar 50%. Maka besar sampel yang dibutuhkan adalah 97 orang.
Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan secara non-probability sampling, yaitu dengan teknik consecutive sampling dimana setiap responden yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu hingga jumlah responden terpenuhi. Namun dari 97 responden yang dapat dijaring oleh perawat pada kontak pertama, hanya 68 responden (70,1%) yang berhasil mengikuti tahapan penelitian sampai pada kontak ketiga.
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba kuesioner pada 30 orang responden dengan penyakit yang sama di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Dr. Sardjito Yogyakarta. Peneliti dibantu oleh dua orang perawat yang ditunjuk sebagai petugas pengambil data dan petugas yang melaksanakan komunikasi terapeutik. Perawat diberikan penyegaran mengenai teknik komunikasi terapeutik.
Posting Komentar