Health Akbar Post
Kesehatan/Komunikasi antara subsistem dalam tubuh terpenuhi melalui tiga modalitas. Pertama adalah sistem persarafan, dan yang lain adalah sekresi kimiawi seluler yang secara lokal berkontribusi pada cairan intersititiel. Contoh dari zat kimia tersebut termasuk yang mencetuskan respon inflamasi lokal, seperti histamin, komplemen, dan prostaglandin. Modalitas ketiga adalah sekresi kimiawi seluler yang disirkulasikan melalui aliran darah. Modalitas komunikasi antara subsistem yang terakhir ini lebih dikenal dengan sistem endokrin. Sekresi dari sel-sel endokrin disebut hormon.

Sampai pertengahan tahun 1950-an, batas perbedaan antara sistem endokrin dan sistem persarafan begitu jelas. Kemudian, dengan ditemukannya neuron hipothalamus yang mengahsilkan sekresi zat kimia darah, batas tersebut mulai kabur. Sekarang, hormon identik dengan yang dibentuk oleh kelenjar endokrin yang ditetapkan (seperti insulin, hormon adrenokortikotropik {ACTH, dan kolesistokinin pankreozimin {CCK-PZ}diketahui disekresi oleh berbagai bagian dari otak, yang fungsinya sebagai neurotransmitter).

Hormon-hormon ini dihasilkan oleh sel-sel saraf yang berasal dari area (nukleus) dihipothalamus yang terletak tepat diatas kiasma optikus dan sebelah lateral sampai ventrikel ketiga (supra optikus dan para ventrikular). Hormon Antidiuretik (ADH) dan Oksitosin “dikeluarkan” dari ujung aksonal sel-sel saraf ini kedalam jaringan ptuitari posterior, tempat hormon tersebut disimpan.

Impuls saraf dari sel-sel hipothalamus yang sama menyebabkan ptuitari posterior melepaskan hormon-hormon ini kedalam aliran darah. Karena proses pembentukannya pada jaringan saraf, ADH dan oksitosin kadang-kadang disebut sebagai bahan neurosekretori.

Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus kolikegentes ginjal untuk meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air tanpa disertai dengan dan tidak tergantung pada reabsorbsi elektrolit apapun. Air yang direabsorbsi ini meningkatkan volume dan menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES).

Pada saat yang sama keadaan ini menurunkan volume dan meningkatkan konsentrasi urine yang diekskresi. Istilah vasopresin yang berasal dari pengamatan dosis suprafisiologi ADH yang besar bekerja pada otot polos arteriole untuk meningkatkan tekanan darah. Meskipun aksi tekanan ADH ini tidak nampak mempunyai peranan dalam homeostasis normal tekanan darah, beberapa peneliti berpikirr bahwa keadaan ini membantu melawan turunnya tekanan darah yang diakibatkan oleh hemoragi atau keadaan hipovolemik drastis lainnya.

Sejumlah ADH yang sedikit sekali sebesar 2 nanogram bila disuntikan pada seseorang dapat menyebabkan antidiuresis, yakni berkurangnya ekskresi air oleh ginjal. Singkatnya bila hormon ADH ini tidak ada, maka duktus dan tubulus koligentes hampir tidak permeabel terhadap air, sehingga mencegah reabsorbsi air dalam jumlah berarti dan karena itu mempermudah keluarnya air yang sangat banyak kedalam urine, juga menyebabkan pengenceran urine yang berlebihan.

Sebaliknya, bila ada ADH maka permeabilitas duktus dan tubulus koligentes sangat meningkat menyebabkan sebagian besar air direabsorbsi sewaktu cairan tubulus melewati duktus koligentes sehingga air yang disimpan dalam tubuh akan lebih banyak dan menghasilkan urina yang sangat pekat.

Mekanisme yang tepat mengenai kerja ADH pada duktus untuk meningkatkan permeabilitas duktus baru diketahui sebagian. Tanpa ADH, membran luminal tubulus hampir inpermeabel terhadap air. Akan tetapi, segera setelah berada didalam membran sel terdapat sejumlah besar vesikel-vesikel khusus yang mempunyai pori-pori yang sangat permeabel terhadap air.

Bila ADH bekerja pada sel, ADH pertama bergabung dengan reseptor membran yang menyebabkan cAMP. cAMP selanjutnya menyebabkan posporilasi dari elemen-elemen didalam vesikel khusus, yang kemudian menyebabkan vesikel masuk kedalam membran sel apikal, jadi menyediakan banyak daerah yang bersifat permeabel terhadap air.

Semua proses ini terjadi dalam waktu 5 – 10 menit. Kemudian, bila tidak ada ADH seluruh proses berbalik dalam waktu 5 – 10 menit berikutnya jadi, proses ini secara temporer menyediakan banyak pori-pori baru yang mempermudah difusi bebas air dari tubulus kecairan peritubulus. Air kemudian diabsorbsi dari pipa duktus dan tubulus koligentes secara osmosis.

Untuk lebih lengkapnya silahkan download disini



Posting Komentar

[random][video]
Diberdayakan oleh Blogger.