Walaupun jatuh merupakan salah satu penyebab cedera tersering, tetapi jarang mengakibatkan kematian. Mekanisme trauma tumpul yang merupakan sebab tersering, disertai bentuk tubuh penderita anak mengakibatkan sering ditemukannya cedera multi-organ.
Dengan demikian, seluruh system organ harus dianggap mengalami cedera sampai dibuktikan lain. Sedangkan trauma tajam saat ini tampak meningkat baik pada anak maupun dewasa dibeberapa kota-kota besar. Keadaan anak-anak dengan cedera multi-organ dapat memburuk dengan cepat dan berakibat komplikasi serius, sedangkan penderita demikian harus segera ditransfer ke RS yang mempunyai fasilitas dan kemampuan untuk menangani kasus cidera multi-organ pada anak.
Prioritas dari penilaian dan penanganan cedera pada anak sama seperti pada dewasa namun pasti harus diingat bahwa karakteristik anatomis yang unik pada anak membutuhkan pertimbangan-pertimbangan secara keseluruhan. Trauma merupakan penyebab utama kematian pada anak diatas usia 1 tahun. Anak kecil mempunyai kemampuan terbatas untuk mengkompensansi gangguan fisiologis dan keadaan klinisnya dapat cepat memburuk karena hal imi. Sehingga tekhnik transport gawat darurat menjadi lebih penting bila melibatkan anak kecil.
Keunikan anatomi dan karekteristik fisiologik pada anak, kadang-kadang mengakibatkan kesalahan (yang tidak disengaja) dalam penanganan penderita tersebut. Prioritas penilaian dan penanganan cidera pada anak sama seperti pada orang dewasa, namun keunikan anatomi seperti yang disebutkan diatas membutuhkan pertimbangan-pertimbangan dalam penanganan secara keseluruhan. Adapun prisip-prinsip penatalaksanaan kegawatdaruratan pada anak yaitu sebagai berikut:
Airway (Jalan Napas)
Pemeliharaan jalan napas yang baik dalam rangka mencakupi oksigenasi merupakan tujuan utama dalam initial Assesment. Ketidakmampuan dalam memperbaiki dan atau menjaga jalan napas yang baik dengan kegagalan oksigenasi dan ventilasi adalah penyebab utama tersering dari henti jantung, oleh karena itu jalan napas paa anak merupkan priorits utama.
Makin kecil sorang anak, makin besar terdapatnya disproporsi antara ukuran tulang kepala dengan wajah, hal tersebut mengakibatkan daerah daya topang daerah belakang pharynx sebagai penyangga dibutuhkan lebih besar sesuai dengan kekuatan fleksi pasif dari tulang leher pada acciput yang relatif lebih besar. Sehingga jalan napas anak dilindungi oleh posisi wajah yang agak mendongkak yaitu; sedikit kearah atas dan depan (sniffing position/ posisi menghirup).
Tindakan hati-hati untuk mempertahankan posisi ini pada saat melakukan proteksi maksimal terhadap tulang leher adalah sangat penting. Jaringan lunak didalam ropharinx bayi (misalnya lidah, tonsil dll) sehingga membuat visualisasi larynx lebih sukar.
Larynx anak-anak dalam leher terletaklebih tinggi dan lebih kedepan, demikian pula pita suara terletak agak lebih keanterocaudal. Saat intubasi, pita suara ini lebih seringsukar terlihat bilamana kepala anak dalam poisi anatomis normal. Trachea bayi panangnya lebih kurang 5 cm dan akan memanjang lebih kurang 7 cm pada usia 18 bulan. Kesalahan dalam memperkirakan panjang trakea ini dapat mengakibatkan intubasi kearah cabang utama broncus kanan, ventilasi yang tidak adekuat atau terjadinya trauma pada cabang broncus ersangkutan.
Penanganan
1. Oral airway
Dapat digunakan bila anak dalam keadaan tidak sadar, sebab padaanak yang masih sadar biasanya terjadi muntah. Pemasangan alat ini sebaiknya langsung dimasukkan dalam oroparinx dengan bantuan spatel lidah.
2. Intubasi orotrachea
Tindakan ini diindikasikan untuk cidera anak dalam situasi yang berfariasi, seperti trauma kepala berat membutuhkan hyperventilasi,(kondisi dimana tidak dapat dipertahankannya jalan napas secara adekuat) atau kondisi hipovolemik yang bermakna dimana diperlukan interversi pembedahan. Intubasi orotrachea merupakan cara yang paling aman untuk menjamin jalan napas dan ventilasi anak.
Tube udara tampa balon dengan ukuran yang tepat harus digunakan pada anak, untuk menegah terjadinya edema subglotic ulserasi dan disrupsi jalan napas, cincin kikrid pada jalan napas anak merupakan daerah yang paling smpit sehingga menjadikannya sebagai membrane atau penutup alamiah bagi tuba endotraceal. Hal tersebut diatas membuat anak-anak dibawah umur 12 tahun jarang membutuhkan tuba endotracheal yang memakai balon.
Anak yang memerlukan tindakan intubasi harus selalu dilakukan pre oksigenasi terlebih dahulu, dan harus diberi sulpas atropine untuk menjadikan atau memastikan denyut jantung dan cardiac out-put yang adekuat.
3. Krikotiroidotomi
Krikotiroidotomi dengan pembedahan sangat jarang dilakukan pada anak, tetapi bila harus memang diperlukan harus dilakukan oleh seaorang ahli bedah. Tindakan tersebut juga hanya dapat dilakukan dengan anak diatas umur 11 tahun.
Posting Komentar