Akbarpost/Penelitian terhadap kematian ibu memperlihatkan bahwa penderita perdarahan post partum meninggal dunia akibat terus menerus terjadi perdarahan yang jumlahnya kadang-kadang tidak menimbulkan kecurigaan kita. Yang menimbulkan kematian bukanlah perdarahan sekaligus dalam jumlah banyak tetapi justru perdarahan terus-menerus yang terjadi sedikit demi sedikit.
Pada suatu studi kasus yang besar, Becham mendapatkan bahwa interval rata-rata antara kelahiran dan kematian adalah 5 jam 20 menit. Tidak seorangpun ibu yang meninggal dalam waktu 1,5 jam setelah melahirkan. Kenyataan ini menunjukan adanya cukup waktu untuk melangsungkan terapi yang efektif jika pasiennya selalu diamati dengan seksama, diagnosis dibuat secara dini, dan tindakan yang tepat segera dikerjakan.
Pada kehamilan cukup bulan aliran darah keuterus sebanyak 500 – 800 ml/menit. Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran placenta, maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350 – 500 ml/menit dari bekas tempat melekatnya placenta. Kontraksi uterus akan menekan pembulu darah uterus yang berjalan diantara anyaman serabut miometrium sehingga menghentikan darah yang mengalir melalui ujung-ujung arteri ditempat implantasi placenta.
Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu kurang dari 1 jam. Lebih dari 90% dari seluruh kasus perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi disebabkan oleh atonia uteri. Sebagian besar kematian akibat perdarahan pasca persalinan terjadi pada beberapa jam pertama setelah kelahiran bayi (Li, et all, 1996). Karena alasan ini, penatalaksanaan kala III persalinan yang cepat dan tepat merupakan salah satu cara terbaik dan sangat penting untuk menurunkan angka kematian ibu.
Dimasa lampau, sebagian besar penolong persalinan menatalaksanakan kala III persalinan dengan cara menunggu placenta lahir secara alamiah. Intervensi hanya dilakukan jika terjadi penyulit atau jika kemajuan kala III persalinan tidak berjalan secara normal. Manajemen aktif kala III lebih dikaitkan pada upaya untuk mengurangi kehilangan darah seperti yang terjadi pada penatalaksanaan fisiologi.
Pada suatu studi kasus yang besar, Becham mendapatkan bahwa interval rata-rata antara kelahiran dan kematian adalah 5 jam 20 menit. Tidak seorangpun ibu yang meninggal dalam waktu 1,5 jam setelah melahirkan. Kenyataan ini menunjukan adanya cukup waktu untuk melangsungkan terapi yang efektif jika pasiennya selalu diamati dengan seksama, diagnosis dibuat secara dini, dan tindakan yang tepat segera dikerjakan.
Pada kehamilan cukup bulan aliran darah keuterus sebanyak 500 – 800 ml/menit. Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran placenta, maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350 – 500 ml/menit dari bekas tempat melekatnya placenta. Kontraksi uterus akan menekan pembulu darah uterus yang berjalan diantara anyaman serabut miometrium sehingga menghentikan darah yang mengalir melalui ujung-ujung arteri ditempat implantasi placenta.
Seorang ibu dapat meninggal karena perdarahan pasca persalinan dalam waktu kurang dari 1 jam. Lebih dari 90% dari seluruh kasus perdarahan pasca persalinan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi disebabkan oleh atonia uteri. Sebagian besar kematian akibat perdarahan pasca persalinan terjadi pada beberapa jam pertama setelah kelahiran bayi (Li, et all, 1996). Karena alasan ini, penatalaksanaan kala III persalinan yang cepat dan tepat merupakan salah satu cara terbaik dan sangat penting untuk menurunkan angka kematian ibu.
Dimasa lampau, sebagian besar penolong persalinan menatalaksanakan kala III persalinan dengan cara menunggu placenta lahir secara alamiah. Intervensi hanya dilakukan jika terjadi penyulit atau jika kemajuan kala III persalinan tidak berjalan secara normal. Manajemen aktif kala III lebih dikaitkan pada upaya untuk mengurangi kehilangan darah seperti yang terjadi pada penatalaksanaan fisiologi.
Posting Komentar